Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANI TOMAT APEL
DI KECAMATAN TOMPASO KABUPATEN MINAHASA
Antonius Y. Luntungan
Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa, data
yang digunakan adalah data primer dari petani respondenpada tiga desa yaitu Desa
Kamanga, Desa Touure dan Desa Tonsewer, metode yang dipakai adalah observasi
dan wawancara dan analisis yang digunakan adalah analisis tabel dan analisis
regresi berganda.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah produksi tomat
apel mempunyai mengaruh positif yang signifikan terhadap tingkat pendapatan
usahatani tomat apel pada tingkat α = 0,01. Besarnya pengaruh atau elastisitas
variabel ( jumlah produksi tomat apel) terhadap variabel terikat ( pendapatan
usahatani tomat apel) yaitu 21814.809, biaya produksi tomat menunjukan tanda
negatif dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan usahatani
tomat apel pada tingkat α = 0,01. Besarnya pengaruh atau elastisitas biaya tomat
apel terhadap pendapatan usahatani tomat adalah – 1305,644 berarti apabila biaya
produksi tomat berkurang dari 1 % maka pendapatan usahatani tomat turun sebesar
– 1305,644 % ceteris paribus dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap.
1. PENDAHULUAN
Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani dan kelangsungan hidup
masyarakat pada umumnya maka pemerintah menetapkan kebijaksanaan dan
pedoman untuk mengusahakan tanaman yang berupa tanaman pangan yang
mempunyai nilai ekonomis untuk meningkatkan pendapatan petani dan jenis tanaman
yang memberikan kesempatan kerja lebih banyak serta jenis tanaman yang bernilai
gizi tinggi. Karena sumber utama pendapatan penduduk miskin adalah sebagian besar
berasal dari sektor pertanian maka pengentasan kemiskinan dengan memperbanyak
kegiatan di sektor pertanian sangatlah strategis, yaitu pemanfatan lahan pertanian
yang subur untuk ditanami tanaman pangan. (Soekartawi,1995).
Pembangunan pertanian dapat dilaksanakan dangan jalan menyempurnakan
pola usahatani yang sudah ada dengan dilandasi oleh penerapan tekhnologi pertanian
dan rehabilitasi lahan guna memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani.
Di Indonesia buah tomat (Lycopersicum esculentum Mill) sangat digemari,
karena rasanya enak, baik untuk dimakan segar, dibuat salad maupun untuk bumbu
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
masak, bahkan tanaman ini mengandung vitamin C, vitamin A (karoten) dan mineral.
Konsumsi tomat segar dan olahan meningkat terus seiring dengan kebutuhan manusia
pada gizi yang seimbang.
Kebutuhan minimum vitamin A dan vitamin C tiap orang dapat terpenuhi
apabila tiap hari makan tomat sebanyak 100-300 gram. Akan tetapi sayuran dan buahbuahan
lainnya merupakan sumbangan terhadap kebutuhan kita pula, sehingga
apabila makan sayuran dan buah-buahan tersedia setiap hari telah cukup dapat
menciptakan masyarakat yang sehat gizi. (Wiryanta,2002).
Selain konsumsi segar, buah tomat juga dimanfaatkan untuk berbagai industri
misalnya sambal, saos, minuman, jamu, dan kosmetik. Sebagai bahan makanan,
kandungan gizi buah tomat untuk terapi pengobatan alami, buah tomat berkhasiat
untuk mencegah dan mengobati radang usus buntu, membantu penyembuhan luka,
mengobati jerawat, mencegah pembentukan batu empedu pada saluran kencing,
menjaga stamina dan mengobati penyakit yang disebabkan kekurangan vitamin C.
Kabupaten Minahasa berpeluang untuk pengembangan tanaman tomat sangat
besar di tinjau dari sumber daya dan khususnya Kecamatan Tompaso merupakan
daerah penghasil tomat apel atau sentra produksi tomat apel sehingga tanaman ini
merupakan salah satu sumber pendapatan petani setiap tahunnya disamping
pendapatan petani dari tanaman lainnya sebagai produk yang diusahakan oleh petani,
sehingga produksi dan harga tomat apel sangat berperan penting dalam peningkatkan
kesejahteraan petani.
Tabel 1.1 Luas Lahan dan Jumlah Produksi Tomat apel di Kecamatan
Tompaso Tahun 2009-2011
Tahun Luas Lahan Tanaman Tomat Jumlah produksi (ton)
2009 128,27 25
2010 175 84
2011 225,54 178
Jumlah 528,81 287
Sumber : BPP Tompaso 2011
Harga dan pendapatan produksi yang mempengaruhi usahatani tanaman tomat
apel tersebut, maka latar belakang yang mendorong penulis untuk meneliti
keberadaan usahatani ini adalah adanya kenyataan tentang tingkat hidup masyarakat
di Kecamatan Tompaso yang pada beberapa tahun terakhir ini nampak mengalami
perkembangan. Hal ini dapat di lihat pada perkembangan sektor pertanian, khususnya
tanaman tomat apel tidak hanya ditujukan pada peningkatan produksi saja, tetapi juga
merupakan upaya untuk memperoleh manfaat berupa peningkatan pendapatan dan
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
kesejahteraan bagi petani itu sendiri serta memberi manfaat bagi lingkungan
sekitarnya.
Tabel 1.2 Harga Tomat dan Pemasarannya
No Cara Memasarkan Harga Tomat (Rp/krat)
1 Di jual langsung pada pedagang
pengumpul
Rp. 55.000
2 Di jual langsung ke pasar (pasar
langowan)
Rp. 50.000
Sumber : BPP Kecamatan Tompaso 2011
Sebagai produk yang banyak diusahakan oleh petani di Kecamatan Tompaso,
harga tomat apel sangatlah berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan
petani. Harga ini yang menjadikan faktor dimana petani di daerah ini masih tetap
bertahan untuk mengusahakan tanaman tomat apel, sehingga secara tidak langsung
dapat meningkatkan pendapatan petani itu sendiri.
1.1. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini
“ Bagaimana tingkat pendapatan yang diterima petani dari usahatani tomat apel di
Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa”.
1.2. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini bahwa pendapatan petani ditentukan oleh adanya
imbalan-imbalan jasa dari komponen-komponen pemasaran hasil pertanian yang
teratur dengan kesediaan harga konsumen sebagai imbalan jasa yang diterima petani,
maka hal ini peneliti mengemukakan tujuan dan manfaat penelitian yaitu:
1.3 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui tingkat pendapatan yang diterima oleh petani tomat apel dalam setiap
kali masa tanam di Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa.
2. Mengetahui pengaruh jumlah produksi dan biaya produksi terhadap tingkat
pendapatan usahatani tomat apel di Kecamatan Tompaso.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi
pemerintah, pengusaha, petani dan peneliti juga sebagai bahan informasi bagi pihak
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
yang berkepentingan dalam pengembangan suatu usahatani khususnya usahatani
tomat.
2. LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Usahatani
Menurut Soekartawi (1995), ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari bagaimana seorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara
efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan
sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya; dan dikatakan
efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang
melebihi masukan (input).
Hernanto (1993), mengemukakan bahwa ada empat unsur pokok yang
menjadi pembentuk usahatani yaitu :
1. Tanah
Tanah merupakan salah satu pembentuk usahatani karena tanah merupakan
tempat atau ruang bagi seluruh kehidupan di muka bumi ini baik manusia,
hewan dan juga tumbuh-tumbuhan.
2. Tenaga kerja
Dalam usahatani tenaga kerja yang kita kenal ada tiga jenis yaitu tenaga kerja
manusia, tenaga kerja hewan dan tenaga kerja mesin. Tenaga kerja didefinisikan
sebagai daya dari manusia untuk menimbulkan rasa lelah yang dipergunakan
untuk mengahasilkan benda ekonomi.
3. Modal
Dalam usahatani modal yang dimaksud adalah tanah, bangunan-bangunan
(gedung, kandang, lantai jemur, pabrik dan lain-lain), bahan-bahan pertanian
(pupuk, bibit, pestisida), piutang dan uang tunai.
4. Pengelolaan
Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani dalam menentukan,
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi sebagaimana
yang diharapkan.
2.2. Biaya Usahatani
Biaya dalam pengertian ekonomi adalah semua bahan yang harus ditanggung
untuk menyediakan barang agar siap dipakai oleh konsumen (Sudarsono, 1995).
Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu:
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relative jumlahnya dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi,
besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya biaya produksi
yang diperoleh. Biaya ini terdiri dari pajak dan penyusutan alat produksi.
2. Biaya Variabel (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi
oleh produksi yang diperoleh. Biaya ini terdiri dari biaya produk, pemeliharaan,
bibit, pupuk, pestisida, biaya panen dan lain-lain.
2.3. Pengertian Produksi
Menurut Sukirno (2002) teori produksi menerangkan sifat hubungan di antara
tingkat produksi yang akan dicapai dengan jumlah faktor-faktor produksi yang
digunakan. Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya kepada
pendekatan berikut:
1. Teori Produksi dengan satu faktor perubah.
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan diantara
tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan
untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis
tersebut dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap
jumlahnya yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami
perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang diubah jumlahnya adalah tenaga
kerja.
2. Teori Produksi dengan dua faktor berubah
Di dalam analisis yang berikut ini dimisalkan terdapat dua jenis faktor produksi
yang dapat diubah jumlahnya misalnya yang dapat diubah adalah tenaga kerja
dan modal. Misalkan pula bahwa dua faktor produksi yang dapat berubah ini
dapat dipertukar-tukarkan penggunaannya; yaitu tenaga kerja dapat
menggantikan modal atau sebaliknya, apabila misalkan pula harga tenaga kerja
dan pembayaran per unit kepada faktor modal diketahui, analisis tentang
bangunan perusahaan akan membingungkan biaya dalam usahanya untuk
mencapai suatu tingkat produksi tertentu dapat ditunjukan.
2.4. Biaya Produksi
Biaya produksi dapat di bagi menjadi dua yaitu biaya-biaya yang berupa uang
tunai misalnya upah kerja untuk biaya persiapan/penggarapan, tanah termasuk upah
untuk ternak, biaya untuk membeli pupuk dan pestisida dll.
Biaya-biaya panen, bagi hasil, sumbangan dan mungkin juga pajak-pajak.
Besar kecilnya bagian biaya produksi yang berupa uang tunai ini sangat
mempengaruhi pengembangan usahatani. Penggunaan bibit-bibit unggul memerlukan
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
biaya dalam jumlah besar dari pada bibit lokal, hal ini disebabkan karena bibit unggul
lebih menguntungkan apabila diolah lebih baik.
Selain penggolongan di atas, jenis-jenis biaya produksi dapat pula dibagi
dalam biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar
kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya biaya produksi misalnya sewa atau
bunga tanah yang berupa uang.
Biaya lain-lain umumnya masuk pada biaya variabel karena besar kecilnya
berhubungan dengan besar produksi misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit,
biaya persiapan dan biaya pengolahan tanah.
2.5. Hipotesa
Berdasarkan latar belakang permasalahan dan tinjauan pustaka maka
hopotesis dalam penelitian ini yaitu diduga bahwa tingkat pendapatan usahatani tomat
apel di Kecamatan Tompaso dipengaruhi oleh jumlah produksi, biaya produksi dan
harga tomat apel.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Data dan Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang diambil sehubungan dengan
penelitian ini adalah melalui metode observasi di daerah tempat penelitian dan
wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan
kepada petani tomat apel di Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa.
3.3. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara sengaja
yang diambil di 3 desa sampel di Kecamatan Tompaso yang merupakan sentra
produksi tanaman tomat yaitu desa Kamanga, desa Touure dan desa Tonsewer yang
menjadi sampel adalah 60 responden.
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
3.4. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
tabel dan metode analisis regresi berganda, dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Y = a + bx + e
yang di transformasikan ke dalam bentuk ganda sebagai berikut :
Y = bo + b1x1 + b2x2 + ei
Dimana :
Y = Pendapatan petani yang melakukan usahatani tomat
X1 = Jumlah produksi tomat
X2 = Biaya produksi
bo = Intercept yang menggambarkan pengaruh rata-rata semua
variabel jumlah produksi dan biaya produksi (x) terhadap
variabel pendapatan petani yang melakukan usahatani tomat
(y).
b1-2 = Koefisien regresi parsial masing-masing variabel X1-2
ei = Faktor pengganggu atau galat
a. Ditentukan berdasarkan rumus :
( )( ) ( )( )
( 2 2 ) ( )2
2 2 2 2
1 . 2 . 1. 2
1 . 2 1 . 2 .
å å å å
å å å å å å
=
-
=
n x x x x
y x x x x xy
a
Dihitung dengan rumus :
( ) ( ) ( )
( 12 22 ) ( )2
1 2 .
å å å
å å å
+ -
- +
=
n x x y
n xy x x xy
b
3.5. Koefisien Korelasi
Koefesien korelasi parsial digunakan untuk melihat derajat hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat secara simultan maupun secara parsial. Jika
koefisien korelasi (r) mendekati 1 atau 100 % maka derajat hubungan sangat kuat
sedangkan jika koefisien korelasinya (r) mendekati 0 (nol) maka derajat hubungannya
sangat lemah.
3.6. Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis secara statistik serta parsial adalah sebagai berikut :
Ho : b1 = 0 ; Jumlah produksi tomat tidak berpengaruh terhadap tingkat
pendapatan usahatani tomat
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
Ho : b1 ≠ 0 ; Jumlah produksi tomat berpengaruh terhadap tingkat pendapatan
usahatani tomat
Ho : b2 = 0 ; Biaya produksi tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan
usahatani tomat
Ho : b2 ≠ 0 ; Biaya produksi berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usahatani
tomat
Untuk menguji hipotesis secara parsial di gunakan rumus sebagai berikut :
S i
t b
b
1 - b1
=
Dimana apabila :
- t hit < t tabel ( 0,05 ) maka Ho diterima sehingga H1 ditolak
- t hit > t tabel ( 0,05 ) maka Ho ditolak sehingga H1 diterima
Perumusan hipotesis secara simultan
Ho : β1,β2 = 0 ( jumlah produksi tomat dan biaya produksi tidak berpengaruh
terhadap tingkat pendapatan usahatani tomat di kecamatan
langowan barat )
Ho : β1,β2 ≠ 0 ( jumlah produksi tomat dan biaya produksi berpengaruh
terhadap tingkat pendapatan usahatani tomat di kecamatan
langowan barat )
Untuk menguji hipotesis secara simultan digunakan rumus sebagai berikut :
n K
Y b x y b x y y
k
b y b y y
F
- - - -
- - -
=
å å å
å å
1 2
1 2 1
2 1 2
1 2
Dimana :
K = Banyaknya variabel
n = Banyaknya sampel
Dimana apabila :
F hitung < F tabel (0,05), maka Ho diterima hingga H1 ditolak
F hitung > F tabel (0,05), maka Ho ditolak hingga H1 diterima
3.7. Koefisien Determinasi
Koefisien determasi ( R2) adalah memperkirakan konstribusi variabel bebas
yaitu jumlah produksi tomat (X1) dan biaya produksi (X2) terhadap naik turunya
variabel terikat ( tingkat pendapatan usahatani tomat (Y) ) dengan menggunakan
rumus koefisien determinasi sebagai berikut :
å
å + å
=
2
1 1 2 2
y
b y b y
R
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
Bila R2 = 1, berarti persentase sumbangan jumlah produksi tomat (X1) dan biaya
roduksi (X2) terhadap naik turunya Y sebesar 100 % dan tidak ada
faktor lain yang mempengaruhi variabel Y.
Bila R2 = 0, berarti regresi yang tidak digunakan untuk membuat ramalan terhadap
Y.
3.8. Definisi pengukuran variabel
Dalam penelitian ini dikemukakan definisi dari variabel yang digunakan
yaitu:
- Pendapatan adalah jumlah penerimaan petani yang melakukan usahatani
tomat apel dikurangi dengan biaya produksi yang diukur dengan satuan
rupiah (Rp).
- Jumlah produksi adalah besarnya produksi tomat apel yang dihasilkan petani
dalam sekali tanam yang diukur dengan satuan kilogram (Kg).
- Biaya produksi adalah besarnya biaya yang dikeluarkan petani dalam
melakukan penanaman tomat apel dalam sekali tanam yang diukur dalam
satuan rupiah (Rp).
- Harga produksi adalah harga tomat apel yang berlaku dipasaran yang di ukur
dalam satuan rupiah (Rp).
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Lokasi
Kecamatan Tompaso merupakan daerah penghasil tomat apel atau
sentra produksi tomat apel sehingga tanaman ini merupakan salah satu sumber
pendapatan petani setiap tahunnya disamping pendapatan petani dari tanaman
lainnya sebagai produk yang diusahakan oleh petani.
Dalam penelitian ini responden yang dipakai sebagai sampel dari tiga
desa seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1. Klasifikasi Jumlah Responden Menurut Asal Desa/Kelurahan
di Kecamatan Tompaso
No Asal Desa/Kelurahan Jumlah Responden Persentase
1 Kamanga 20 33,34
2 Touure 20 33,34
3 Tonsewer 20 33,34
Jumlah 60 100
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
Sumber : Diolah dari hasil penelitian, 2011
Dari tabel di atas dijelaskan bahwa 60 responden sample yang diteliti, diambil
tiga desa dari keseluruhan/ desa yang ada di Kecamatan Tompaso.
4.1.2. Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seorang petani dapat mempengaruhi produktifitasnya di
dalam mengelolah usahataninya di Kecamatan Tompaso pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2. Klasifikasi Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan di
Kecamatan Tompaso
No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase
1 Tidak Tamat SD 4 6,66
2 SD 10 16,67
3 SMP 10 16,67
4 SMU 30 50
5 SARJANA/S1 6 10
Jumlah 60 100
Sumber : Diolah dari hasil penelitian,2011
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti
terdapat 4 responden (6,66%) tidak tamat SD, 10 responden (16,67%) SD, 10
responden (16,67%) SMP, 30 responden (50%) SMA. Dari tabel di atas pula terdapat
responden yang tingkat pendidikannya lebih tinggi yaitu Sarjana 6 responden (10%).
Petani yang sudah berpindidikan tinggi yang artinya bahwa petani-petani tersebut
adalah petani yang sudah cukup maju dari segi pendidikan.
4.1.3. Responden menurut jenis pekerjaan sampingan
Untuk memenuhi kebutuhan hidup banyak dari petani memiliki pekerjaan
lebih dari satu untuk atau pekerjaan sampingan agar dapat lebih meningkatkan
pendapatan, seperti dalam tabel berikut :
Tabel 4.3. Klasifikasi Pekerjaan Sampingan Responden
No Jenis Pekerjaan Responden Persentase
1 Petani sawah ladang 30 50
2 Tukang 15 25
3 Buruh 10 16,67
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
4 Tidak mempunyai pekerjaan sampingan 5 8,33
Jumlah 60 100
Sumber : BPP KecamatanTompaso,2010
Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar responden yang diteliti
memiliki pekerjaan sampingan.
Berikut ini jumlah pendapatan tiap bulan para petani tomat apel yang
memiliki pendapatan sampingan.
Tabel 4.4. Klasifikasi Pendapatan Pekerjaan Sampingan Responden
Interval Pendapatan (Rp) Jumlah Responden Persentase
250.000-500.000 7 11,67
500.000-750.000 15 25
750.000-1.000.000 20 33,33
1.000.000-1.500.000 10 16,67
1.500.000- ke atas 5 8,33
Tidak ada pendapatan sampingan 3 5
Jumlah 60 100
Sumber : Diolah dari hasil penelitian,2011
4.2. Pembahasan
4.2.1. Luas lahan tanaman tomat petani responden
Luas lahan petani responden di Kecamatan Tompaso terdiri dari < 1 ha adalah
sebesar 1,5 ha atau sekitar 2,31 %, sedangkan lahan yang paling kecil yaitu 0,75 atau
sekitar 1,15 %.
4.2.2. Jumlah Produksi Tomat
Jumlah produksi tomat apel di tiga desa sampel berdasarkan luas lahan dapat
di lihat dalam tabel berikut ini :
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
Tabel 4.5. Jumlah Produksi Tomat apel Berdasarkan Luas Lahan
Sumber : Diolah dari hasil penelitian,2011
Dari hasil penelitian di tiga desa sampel bahwa luas lahan < 1 ha memproduksi
tomat paling banyak yaitu sebanyak 200 krat dan paling sedikit yaitu hanya 150 krat,
sedangkan luas lahan 1 ha memproduksi tomat paling banyak yaitu sebesar 350 krat
dan paling sedikit adalah 300 krat dan luas lahan > 1 memproduksi tomat paling
banyak 500 krat dan paling sedikit yaitu sebesar 375 krat.
4.2.3. Biaya Produksi
Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani dalam melakukan usahatani tomat
apel untuk satu kali masa panen pada lahan < 1 ha, =1 dan > 1 ha adalah sebagai
berikut :
- Lahan < 1 Ha
Biaya Produksi
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
1. Benih 1,5 liter (@ Rp. 25.000) Rp. 25.000
2. Pengolahan Tanah
- Pembersihan ; 8 orang (@ Rp. 35.000) Rp. 280.000
- Pembuatan Bedeng ; 8 orang (@ Rp. 35.000) Rp. 280.000
3. Tanam
- Buat lobang tanam; 2 orang (@ Rp. 35.000) Rp. 70.000
- Tanam ; 2 orang (@ Rp. 35.000) Rp. 70.000
- Pemupukan dasar; 2 orang (@ Rp. 35.000) Rp. 70.000
4. Pupuk
- Pupuk Kandang; 75 kali (@ Rp. 5000) Rp. 375.000
- pupuk urea; 150 kg (@ Rp. 1400) Rp. 210.000
- Pupuk SP36; 150 kg (@ Rp. 1900) Rp. 285.000
- Pupuk KCL 75 kg (@ Rp. 2000) Rp. 150.000
- PPC 1,5 liter (@ Rp. 20.000) Rp. 30.000
5. Pestisida
- Insektision 1 liter (@ Rp. 180.000) Rp. 180.000
- Fungisida 1 kg (@ Rp. 120.000) Rp. 120.000
6. Penyiangan; 5 orang (@ Rp. 30.000) Rp. 150.000
7. Pemupukan susulan ; 2 orang (@ Rp. 30.000) Rp. 60.000
8. Penyemprotan; 4 orang (@ Rp. 30.000) Rp. 120.000
9. Panen; Rp. 2500/krat ( 175 x 2500) Rp. 437.000
10. Pengangkutan Rp. 2000/krat (175 x 2000) Rp. 350.000
Jumlah Rp.3.262.500
- Lahan = 1 ha
Biaya-biaya produksi
1. Benih 2,5 liter (a. Rp. 25.000) Rp. 62.500
2. Pengolahan
- Pembersihan ; 15 orang (a. Rp. 35.000) Rp. 525.000
- Pembuatan bedeng (a. Rp. 35.000) Rp. 525.000
3. Tanah
- Buat lobang tanam; 4 orang (a. Rp. 35.000) Rp. 140.000
- Tanam; 4 orang (a. Rp. 35.000) Rp. 140.000
- Pemupukan dasar; 4 orang (a. Rp. 35.000) Rp. 140.000
4. Pupuk
- Pupuk kandang; 150 kali (a. Rp. 5000) Rp. 750.000
- Pupuk urea; 300 kg (a. Rp. 1400) Rp. 420.000
- Pupuk SP36; 300 kg (a. Rp. 1900) Rp. 570.000
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
- Pupuk KCL; 75 kg (a. Rp. 2000) Rp. 150.000
- PPC; 3 liter (a. Rp. 20.000) Rp. 60.000
5. Pestisida
- Insektision; 2 liter (a. Rp. 180.000) Rp. 360.000
- Fungisida; 2 liter (a. Rp. 120.000) Rp. 240.000
6. Penyiangan; 13 orang (a. Rp. 30.000) Rp. 390.000
7. Pemupukan susulan; 4 orang (a. Rp. 30.000) Rp. 120.000
8. Penyemprotan ; 10 orang (a. Rp. 30.000) Rp. 300.000
9. Panen ; Rp. 2500/krat (2500X350) Rp. 875.000
10. Pengangkutan Rp. 2000/krat (2000X350) Rp. 700.000
Jumlah Rp.6.467.500
- Lahan > 1 ha
Biaya produksi
1. Benih; 3,5 liter (a. Rp. 25.000) Rp. 87.500
2. Pengolahan tanah
- Pembersihan; 28 orang (a. Rp. 35.000) Rp. 980.000
- Pembuatan bedeng; 28 orang (a. Rp. 35.000) Rp. 980.000
3. Tanam
- Buat lobang tanam; 5 orang (a.Rp. 35.000) Rp. 175.000
- Tanam; 5 orang (a. Rp. 35.000) Rp. 175.000
- Pemupukan dasar; 6 orang (a. Rp. 35.000) Rp. 210.000
4. Pupuk
- Pupuk kandang; 225 kali (a. Rp. 5000) Rp.1.125.000
- Pupuk urea; 500 kg (a. Rp. 1400) Rp. 700.000
- Pupuk SP36; 500 kg (a. Rp. 1900) Rp. 950.000
- Pupuk KCL; 300 kg (a. Rp. 2000) Rp. 570.000
- PPC; 5 liter (a. Rp. 20.000) Rp. 100.000
5. Pestisida
- Insektision; 3 liter (@ Rp. 180.000) Rp. 540.000
- Fungisida; 3 kg (@ Rp. 120.000) Rp. 360.000
6. Penyiangan; 20 orang (@ Rp. 30.000) Rp. 600.000
7. Pemupukan susulan; 10 orang (@ Rp. 30.000) Rp. 300.000
8. Penyemprotan; 17 orang (@ Rp. 30.000) Rp. 510.000
9. Panen Rp. 2500/krat (500 x 2500) Rp.1.250.000
10. Pengangkutan Rp. 2000 (500 x 2000) Rp.1.000.000
Jumlah Rp.10.612.500
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
4.2.4. Harga Tomat
Harga tomat yang berlaku di pasaran bervariasi tergantung dari cara
pemasaran.
1. Di jual langsung di pasar Rp. 55.000/krat
2. Di jual langsung kepada pedangang perantara Rp. 50.000/krat.
4.3. Tingkat Pendapatan Usahatani Tomat Apel
Peningkatan pendapatan masyarakat berlangsung secara kumulatif dan
berdampingan positif bagi kemajuan pembagunan karena jika pendapatan masyarakat
naik, menyebabkan tabungan naik. Pendapatan yang diterima biasanya di gunakan
untuk membiayai kehidupan sehari-hari, selain itu apabila ada saja pendapatan yang
tidak habis digunakan dalam membiayai kebutuhannya maka sisa dana tersebut akan
di gunakan untuk investasi atau tabungan.
4.3.1. Pendapatan Bruto
Untuk mengetahui nilai jual tomat atau pendapatan bruto dari masing-masing
petani responden pada tiga desa sampel berdasarkan luas lahan dapat di lihat dalam
tabel berikut:
Tabel 4.6. Jumlah Produksi Harga Rata-rata dan Nilai Jual Tomat apel Pada
Luas Lahan < 1 ha
Sumber : Diolah dari hasil penelitian, 2011
Keterangan : 1 krat tomat = 15 kg (ukuran krat 30x30x50 cm).
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa luas lahan < 1 ha
menghasilkan tomat apel paling tinggi 200 krat dengan nilai jual Rp. 10.000.000 dam
Responden Jumlah Produksi/krat Harga Tomat Apel (Rp/ krat) Pendapatan Bruto (Rp)
1 200 50.000 10.000.000
2 200 50.000 10.000.000
3 150 50.000 7.500.000
4 150 50.000 7.500.000
5 160 50.000 8.000.000
6 175 50.000 8.750.000
7 200 50.000 10.000.000
8 200 50.000 10.000.000
9 150 50.000 7.500.000
10 150 50.000 7.500.000
11 175 50.000 8.750.000
12 175 50.000 8.750.000
13 175 50.000 8.750.000
14 200 50.000 10.000.000
15 200 50.000 10.000.000
16 160 50.000 8.000.000
17 160 50.000 8.000.000
18 200 50.000 10.000.000
19 200 50.000 10.000.000
20 160 50.000 80.000.000
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
hasil produksi paling rendah 150 krat dengan nilai jual atau pendapatan bruto Rp.
7.500.000.
Tabel 4.7. Jumlah Produksi Harga Rata-Rata dan Nilai Jual Tomat apel Pada
Lahan 1 ha
Sumber : Diolah dari hasil penelitian, 2011
Tabel di atas menunjukan bahwa luas lahan 1 ha menghasilkan tomat paling
tinggi 350 krat dengan nilai jual Rp. 17.500.000 dan hasil produksi paling rendah 300
krat dengan nilai jual Rp. 15.000.000. Dalam setahun biasanya petani memproduksi
tomat 2-3 kali, pada luas lahan 1 ha petani memproduksi tomat dalam setahun paling
tinggi 700 krat dan paling rendah 600 krat.
Responden Jumlah Produksi/ krat Harga Tomat Apel (Rp/ krat) Pendapatan Bruto (Rp)
1 350 50.000 17.500.000
2 340 50.000 17.000.000
3 350 50.000 17.500.000
4 300 50.000 15.000.000
5 325 50.000 16.250.000
6 340 50.000 17.000.000
7 350 50.000 17.500.000
8 340 50.000 17.000.000
9 330 50.000 16.500.000
10 320 50.000 16.000.000
11 310 50.000 15.500.000
12 320 50.000 16.000.000
13 340 50.000 17.000.000
14 340 50.000 17.000.000
15 300 50.000 15.000.000
16 350 50.000 17.500.000
17 325 50.000 16.250.000
18 310 50.000 15.500.000
19 350 50.000 17.500.000
20 320 50.000 16.000.000
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
Tabel 4.8. Jumlah Produksi Harga Rata-Rata dan Nilai Jumlah Tomat apel
Pada Lahan > 1 Ha
Sumber : Diolah dari hasil penelitian, 2011
Tabel di atas menunjukan bahwa pada lahan > 1 ha menghasilkan tomat paling
tinggi 500 krat dengan nilai jual Rp. 25.000.000 dan hasil produksi paling rendah
adalah 375 krat dengan nilai jual Rp. 18.750.000.
4.3.2. Pendapatan Bersih
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa produksi yang dihasilkan
oleh petani akan mempeoleh pendapatan dari penjual tomat apel tersebut dalam 1 kali
masa panen. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat jumlah pendapatan dari tiap
responden di tiga desa sampel berdasarkan luas lahan pada tabel berikut :
Responden Jumlah Produksi/ krat Harga Tomat Apel (Rp/ krat) Pendapatan Bruto (Rp)
1 400 50.000 20.000.000
2 410 50.000 20.500.000
3 375 50.000 18.750.000
4 380 50.000 19.000.000
5 385 50.000 19.250.000
6 400 50.000 20.000.000
7 450 50.000 22.500.000
8 450 50.000 22.500.000
9 500 50.000 25.000.000
10 450 50.000 22.500.000
11 410 50.000 20.500.000
12 375 50.000 18.750.000
13 380 50.000 19.000.000
14 400 50.000 20.000.000
15 420 50.000 21.000.000
16 500 50.000 25.000.000
17 400 50.000 20.000.000
18 437 50.000 21.850.000
19 400 50.000 20.000.000
20 500 50.000 25.000.000
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
Tabel 4.9. Pendapatan Bersih Usahatani Tomat apel Dalam 1 Kali Masa Panen
Pada Luas lahan < 1
Sumber : Diolah dari hasil penelitian, 2011
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pendapatan bersih usahatani
tomat dengan luas lahan < 1 ha yaitu pendapatan bersih yang paling besar Rp.
6.737.500,- dan pendapatan bersih paling rendah yaitu Rp. 4.237.500,-. Pendapatan
bersih usahatani tomat dari masing-masing responden dihasilkan dari pendapatan
bruto (nilai jual) dikurangi dengan biaya produksi dan rata-rata pendapatan bersih
petani yang melakukan usahatani tomat pada luas lahan < 1 ha adalah Rp. 6.037.000,-
.
Responden Pendapatan Bruto/Rp Biaya Produksi (Rp) Pendapatan Bersih (Rp)
1 10.000.000 3.262.500 6.737.500
2 10.000.000 3.262.500 6.737.500
3 7.500.000 3.262.500 4.237.500
4 7.500.000 3.262.500 4.237.500
5 8.000.000 3.262.500 4.737.500
6 8.750.000 3.262.500 5.237.500
7 10.000.000 3.262.500 6.737.500
8 10.000.000 3.262.500 6.737.500
9 7.500.000 3.262.500 4.237.500
10 7.500.000 3.262.500 4.237.500
11 8.750.000 3.262.500 5.237.500
12 8.750.000 3.262.500 5.237.500
13 8.750.000 3.262.500 5.237.500
14 10.000.000 3.262.500 6.737.500
15 10.000.000 3.262.500 6.737.500
16 8.000.000 3.262.500 4.737.500
17 8.000.000 3.262.500 4.737.500
18 10.000.000 3.262.500 6.737.500
19 10.000.000 3.262.500 6.737.500
20 8.000.000 3.262.500 4.737.500
Jumlah 177.000.000 65.250.000 120.740.000
8.850.000 326.500 6.037.000
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
Tabel 4.10. Pendapatan Bersih Usahatani Tomat apel Dalam 1 Kali Masa Panen
Pada Luas Lahan 1 ha
Sumber : Diolah dari hasil penelitian, 2011
Tabel di atas menunjukan bahwa pendapatan bersih usahatani tomat dengan
luas lahan 1 ha, paling tinggi yaitu sebesar Rp. 7.032.500,- dan yang paling rendah
yaitu Rp. 4.532.500,- dan rata-rata pendapatan bersih petani yang melakukan
usahatani tomat pada luas lahan 1 ha adalah Rp. 5.780.875,-.
Responden Pendapatan Bruto (Rp) Biaya Produksi (Rp) Pendapatan Bersih (Rp)
1 17.500.000 5.897.500 11.602.500
2 17.500.000 5.897.500 11.602.500
3 17.500.000 5.897.500 11.602.500
4 15.000.000 5.897.500 9.102.500
5 16.250.000 5.897.500 10.352.500
6 17.000.000 5.897.500 11.102.500
7 17.500.000 5.897.500 11.602.500
8 17.500.000 5.897.500 11.102.500
9 16.500.000 5.897.500 10.602.500
10 16.500.000 5.897.500 10.102.500
11 15.500.000 5.897.500 9.602.500
12 16.000.000 5.897.500 10.102.500
13 17.000.000 5.897.500 11.102.500
14 17.000.000 5.897.500 11.102.500
15 15.000.000 5.897.500 9.102.500
16 17.500.000 5.897.500 11.602.500
17 16.250.000 5.897.500 10.352.500
18 15.500.000 5.897.500 9.102.500
19 17.500.000 5.897.500 11.102.500
20 16.000.000 5.897.500 10.102.500
Jumlah 331.000.000 117.950.000 221.540.000
16.550.000 5.897.500 11.077.000
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
Tabel 4.11. Pendapatan Bersih Usahatani Tomat apel dalam 1Kali Masa Panen
Pada Luas Lahan > 1 Ha
Sumber : Diolah dari hasil penelitian, 2011
Tabel di atas menunjukan bahwa pendapatan bersih usahatani tomat dengan
luas lahan > 1 ha, paling tinggi sebesar yaitu Rp 14.387.500,- dan paling rendah yaitu
Rp. 8.137.500,- dan rata-rata pendapatan bersih petani yang melakukan usahatani
tomat pada luas lahan > 1 ha adalah Rp. 10.392.500,-.
4.3. Analisis Tingkat Pendapatan Usahatani Tomat apel
Secara teoritis kenaikan pendapatan akan bertambah pula jumlah biaya.
Dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan ini secara tidak langsung akan
menambah pendapatan negara pada umumnya dan sekaligus dengan kenaikan
pendapatan ini akan menunjang pembangunan desa, daerah dan nasional, karena
dengan pendapatannya maka petani mempunyai kemungkinan dan kesempatan yang
lebih banyak untuk berpartisapasi dalam pembangunan.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pendapatan usahatani tomat, maka
penulis menganalisis dengan analisis regresi berganda dan korelasi.
Dalam perhitungan regresi berganda jumlah produksi tomat apel (X1) dan
biaya produksi (X2) sebagai variabel bebas dan jumlah pendapatan usahatani tomat
apel (Y) sebagai variabel tak bebas. Dengan menggunakan bantuan paket program
Responden Pendapatan Bruto (Rp) Biaya Produksi (Rp) Pendapatan Bersih (Rp)
1 20.000.000 10.362.500 9.637.500
2 20.500.000 10.362.500 10.137.500
3 18.750.000 10.362.500 8.387.500
4 19.000.000 10.362.500 8.637.500
5 19.250.000 10.362.500 8.887.500
6 20.000.000 10.362.500 9.637.500
7 22.500.000 10.362.500 12.137.500
8 22.500.000 10.362.500 12.137.500
9 25.000.000 10.362.500 14.637.500
10 22.500.000 10.362.500 12.137.500
11 20.000.000 10.362.500 9.637.500
12 18.750.000 10.362.500 8.387.500
13 19.000.000 10.362.500 8.637.500
14 20.000.000 10.362.500 9.637.500
15 21.000.000 10.362.500 10.637.500
16 25.000.000 10.362.500 14.637.500
17 20.000.000 10.362.500 9.637.500
18 21.850.000 10.362.500 11.487.500
19 20.000.000 10.362.500 9.637.500
20 25.000.000 10.362.500 14.637.500
Jumlah 421.100.000 207.250.000 223.340.000
21.055.000 10.362.500 11.167.000
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
komputer mikrosof excel, maka model regresi berganda dapat di hitung dengan
mudah dan cepat berkat pengujian estimasinya.
Y = 1050026 + 21814.809 X1* + (- 1305,644 X2*)
Se = ( 585759,0) ( 1954,636) ( 817,051)
T hit. = (1793) ( 11,161) (- 1598)
R ² = 838 R = 702
*) Signifikan pada tingkat α = 0,01*
Signifikan pada tingkat α = 1 %
Dari perhitungan seperti yang terlihat di atas, hasil penelitian menunjukan
bahwa penduga parameter jumlah produksi tomat apel mempunyai mengaruh positif
yang signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani tomat apel pada tingkat α =
0,01. Besarnya pengaruh atau elastisitas variabel bebas ( jumlah produksi tomat apel)
terhadap variabel terikat ( pendapatan usahatani tomat apel) yaitu 21814.809 berarti
apabila jumlah produksi naik sebesar 1 % maka di harapkan pendapatan usahatani
tomat apel naik sebesar 21814.809 % ceteris paribus dengan asumsi faktor-faktor lain
dianggap tetap.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pendugaan parameter biaya produksi
tomat menunjukan tanda negatif dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
pendapatan usahatani tomat apel pada tingkat α = 0,01. Besarnya pengaruh atau
elastisitas biaya tomat apel terhadap pendapatan usahatani tomat adalah – 1305,644
berarti apabila biaya produksi tomat berkurang dari 1 % maka pendapatan usahatani
tomat turun sebesar – 1305,644 % ceteris paribus dengan asumsi faktor-faktor lain
dianggap tetap.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Usahatani tomat apel di Kecamatan Tompaso sudah maju dimana petani dalam
pembudidayaan tomat apel sudah menggunakan benih unggul dan menggunakan
sarana pertanian lainnya.
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
2. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah produksi dan biaya produksi
mempunyai pengaruh terhadap pendapatan usahatani tomat apel yang signifikan.
3. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai R sebesar 702, hal ini menunjukkan
bahwa jumlah produksi tomat apel dan biaya produksi mempunyai hubungan erat
dengan pendapatan usahatani tomat apel oleh petani.
4. Hasil penelitian menunjukan bahwa R² sebesar 838, hal ini menunjukan besarnya
sumbangan/proposi jumlah produksi dan biaya produksi tomat apel terhadap
variasi naik turunya pendapatan usahatani tomat sebesar 84 % sedangkan sisanya
sebesar 16 % akan dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhinya,
yang tidak dimasukan dalam model ini.
5. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan bersih dari masing-masing lahan
berbeda-beda, pendapatan bersih dengan lahan < 1 adalah sebesar Rp. 6.073.000,
pendapatan bersih dengan lahan = 1 adalah sebesar Rp. 11.077.000 dan
pendapatan bersih dengan lahan > 1 adalah sebesar Rp. 11.167.000.
5.2. Saran
Untuk menjaga mutu buah tomat apel dalam pemasarannya serta bagaimana
hasil produksi tomat apel dapat ditingkatkan maka direkomendasikan sebagai berikut:
1. Untuk pengepakan tomat apel, terutama yang dipasarkan agak jauh dengan
menggunakan angkutan darat lebih baik menggunakan kas daripada karung,
sebab jika menggunakan karung buah akan cepat rusak atau busuk, tetapi
jika menggunakan kas akan tahan terhadap benturan dan buah tidak cepat
rusak dan busuk.
2. Perlu adanya penyuluhan tentang hama dan penyakit yang terus berubah
jenisnya serta mengalami tingkat kekebalan, saat ini sering menyerang
tanaman, khususnya tomat apel.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan Sumodiningrat, 2003/2004, Pengantar Ekonometrika, Penerbit BPFE,
Yogyakarta.
Sarwoko, 2005, Dasar-Dasar Ekonometrika, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Soekartawi, 1995, Analisis Usahatani, Universitas Indonesia, Jakarta.
Sudarman, A., 1994, Teori Ekonomi Mikro BPFE, Yogyakarta.
Sujanah, 1996, Teknik Analisis Regresi dan Korelasi bagi Peneliti, Penerbit
Tarsito, Bandung.
Sukirno, Sadono, 2002, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Edisi 3, Penerbit PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
Lampiran
x1 x2 y log x1 log x2 log y
200 25 6,737,500 2.301 1.398 6.828
200 280 6,737,500 2.301 2.447 6.828
150 280 4,237,500 2.176 2.447 6.627
150 70 4,237,500 2.176 1.845 6.627
160 70 4,737,500 2.204 1.845 6.676
175 70 5,237,500 2.243 1.845 6.719
Model Summary
.838a .702 .692 1449529.85
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: a. (Constant), x2, x1
ANOVAb
2.83E+14 2 1.413E+14 67.233 .000a
1.20E+14 57 2.101E+12
4.02E+14 59
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
a. Predictors: (Constant), x2, x1
b. Dependent Variable: y
Coefficientsa
1050026 585759.0 1.793 .078
21814.809 1954.636 .881 11.161 .000
-1305.644 817.051 -.126 -1.598 .116
(Constant)
x1
x2
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
a. Dependent Variable: y
Correlations
1 .402** .830**
. .001 .000
60 60 60
.402** 1 .227
.001 . .080
60 60 60
.830** .227 1
.000 .080 .
60 60 60
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
x1
x2
y
x1 x2 y
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
200 210 6,737,500 2.301 2.322 6.828
200 285 6,737,500 2.301 2.455 6.828
150 150 4,237,500 2.176 2.176 6.627
150 30 4,237,500 2.176 1.477 6.627
175 180 5,237,500 2.243 2.255 6.719
175 120 5,237,500 2.243 2.079 6.719
175 150 5,237,500 2.243 2.176 6.719
200 60 6,737,500 2.301 1.778 6.828
200 120 6,737,500 2.301 2.079 6.828
160 437 4,737,500 2.204 2.640 6.676
160 350 4,737,500 2.204 2.544 6.676
200 150 6,737,500 2.301 2.176 6.828
200 62.5 6,737,500 2.301 1.796 6.828
160 525 4,737,500 2.204 2.720 6.676
350 525 7,032,500 2.544 2.720 6.847
340 140 7,032,500 2.531 2.146 6.847
350 140 7,032,500 2.544 2.146 6.847
300 140 4,532,500 2.477 2.146 6.656
325 750 5,782,500 2.512 2.875 6.762
340 420 6,532,500 2.531 2.623 6.815
350 570 7,032,500 2.544 2.756 6.847
340 150 7,032,500 2.531 2.176 6.847
330 60 6,032,500 2.519 1.778 6.780
320 360 6,032,500 2.505 2.556 6.780
310 240 5,032,500 2.491 2.380 6.702
320 390 5,532,500 2.505 2.591 6.743
340 120 6,532,500 2.531 2.079 6.815
340 300 6,532,500 2.531 2.477 6.815
300 875 4,532,500 2.477 2.942 6.656
350 700 7,032,500 2.544 2.845 6.847
325 87.5 5,782,500 2.512 1.942 6.762
310 980 5,032,500 2.491 2.991 6.702
350 980 7,032,500 2.544 2.991 6.847
320 175 5,532,500 2.505 2.243 6.743
400 175 9,387,500 2.602 2.243 6.973
410 210 9,887,500 2.613 2.322 6.995
375 360 8,137,500 2.574 2.556 6.910
380 700 8,387,500 2.580 2.845 6.924
385 950 8,637,500 2.585 2.978 6.936
400 570 9,387,500 2.602 2.756 6.973
450 100 11,887,500 2.653 2.000 7.075
450 540 11,887,500 2.653 2.732 7.075
500 360 14,387,500 2.699 2.556 7.158
450 600 11,887,500 2.653 2.778 7.075
410 300 9,387,500 2.613 2.477 6.973
375 510 8,137,500 2.574 2.708 6.910
380 150 8,387,500 2.580 2.176 6.924
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD)
Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012
400 175 9,387,500 2.602 2.243 6.973
420 540 10,387,500 2.623 2.732 7.017
500 540 14,387,500 2.699 2.732 7.158
400 360 9,387,500 2.602 2.556 6.973
437 390 11,237,500 2.640 2.591 7.051
400 390 9,387,500 2.602 2.591 6.973
500 570 14,387,500 2.699 2.756 7.158
Kabupaten/Kota
Perkapita Perkapita
Jumlah Jumlah (Yi –Y)2 fi/n
Σ(Yi –
Y)2
fi/n
Provinsi Kota/Kab Penduduk Penduduk Y Y
Provinsi Kota/Kab
Kabupaten
01 Bolaang Mongondow 5,947,852,517 3,032,593 2275119 293167 765646289 0,12
02 Minahasa 5,947,852,517 5,797,663 2275119 293081 764709824 0,12
03 Kepulauan Sangihe 5,947,852,517 4,556,368 2275119 130079 339545222 0,05
04 Kepulauan Talaud 5,947,852,517 4,562,290 2275119 74660 194884614 0,03
05 Minahasa Selatan 5,947,852,517 5,514,742 2275119 181957 474809203 0,07
06 Minahasa Utara 5,947,852,517 6,085,666 2275119 170340 444409718 0,07
07 Bolaang Mongondow Utara 5,947,852,517 3,750,093 2275119 77690 202849238 0,03
08 Kepulauan Sitaro Siau 5,947,852,517 3,834,966 2275119 61552 160708196 0,02
09 Minahasa Tenggara 5,947,852,517 7,190,545 2275119 94971 247683106 0,04
10 Bolaang Mongondow
Selatan 5,947,852,517 3,969,895 2275119 53682 140153784 0,02
11 Bolaang Mongondow
Timur 5,947,852,517 5,040,198 2275119 60796 158669966 0,02
Kota
71 Manado 5,947,852,517 9,855,070 2275119 417654 1088259206 0,18
72 Bitung 5,947,852,517 10,403,520 2275119 169243 440906184 0,07
73 Tomohon 5,947,852,517 6,267,727 2275119 81882 213613518 0,03
74 Kotamubagu 5,947,852,517 3,026,754 2275119 114365 298680649 0,05